Banyaknya
pengusaha yang sukses dari usaha budidaya lele, membuat usaha budidaya lele
semakin menjamur dan banyak digemari banyak orang. Sehingga banyak dari
masyarakat yang mulai mendirikan usaha budidaya lele. Namun karena ketidaktahuan
mengenai langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan proses budidaya lele,
banyak dari mereka yang gagal di saat pemanenan. Dari hal ini dapat diketahui
bahwa banyak orang yang tidak mengetahui secara pasti cara atau proses sebelum
melakukan usaha budidaya lele yang benar, salah satunya adalah persiapan kolam sebelum
mulai dipakai untuk budidaya lele. Sebelum memulai menggunakan kolam yang akan
digunakan untuk budidaya, diperlukan dahulu persiapan kolam.
Persiapan
perlu dilakukan untuk meningkatkan daya dukung kolam sehingga ikan yang
dibudidayakan tingkat mortalitas rendah dan pertumbuhan ikan dapat cepat
sehingga panen lebih cepat. Persiapan kolam dilakukan sebelum penebaran benih
dikolam. Dengan persiapan kolam yang optimal diharapkan dapat memperoleh hasil
yang baik dan maksimal.
Proses pengolahan lahan
1. Pengeringan dan pengolahan tanah
Tahap pengeringan bertujuan untuk
meningkatkan produksi, memperbaiki pematang, salah satu bentuk kontrol alami
terhadap pengganggu ataupun predator, menyebabkan terjadinya
mineralisasi dari kandungan organik dan mengoksidasi asam organik, dan dapat
menguapkan racun-racun yang ada di kolam budidaya sebelumnya, dimungkinkan
berasal dari sisa pakan, feses. Pengeringan meningkatkan pH tanah, pengeringan
dasar kolam yang dilakukan para pembudidaya kampung lele dilakukan selama 2 – 3
hari, tetapi saat cuaca tidak mendukung seperti pada musim hujan maka
pengeringan tidak dilakukan tetapi dapat dimanipulasi dengan penaburan kapur
yang salah satu fungsinya adalah mematikan hama, stabilisator pH tanah dan air
sehingga dapat meningkatkan produksi sama seperti fungsi pengeringan.
Pengeringan dasar kolam perlu
dilakukan setelah panen, sebagai tindakan higienis seperti misalnya pada waktu
adanya penyakit ikan dan juga untuk oksidasi dan mineralisasi lumpur sehingga
menambah kesuburan tanah dan meningkat suplai nutrien ke dalam air kolam.
Pengeringan harus berlangsung sampai permukaan dasar kolam
pecah-pecah. Selama pengeringan perbaikan pematang, saluran pemasukan dan
pengeluaran air dan kotak pemanenan dapat dilaksanakan . Jika bahan organik
yang terakumulasi didasar kolam banyak, maka perlu dilakukan pembuangan lumpur
organik .
Pengeringan berfungsi sebagai pembasmi hama dan pengurai
bahan organik, sehingga dapat mempercepat proses penumbuhan pakan alami melalui
penyediaan hara dari hasil proses mineralisasi. Pengeringan berfungsi juga
untuk menghilangkan atau mengurangi sebanyak mungkin produksi H2S, NH3 dan
senyawa racun yang lain..
Lama pengeringan bisa berlangsung 1-2 minggu tergantung dari
kondisi lumpur dan keadaan cuaca.
2. Membersihkan lumpur dan sampah
Lumpur yang menumpuk didasar kolam
dibuang digunakan untuk menutupi kebocoran yang ada pada dinding kolam dan
memperkuat pematang kolam. Kolam jenis permanen dibersihkan lumut yang menempel
pada dinding dan dasar kolam, selain itu biasanya pada kolam permanen banyak
remis atau bekicot yang menempel pada dinding kolam.
Kegiatan pembersihan lumpur dan
sampah selesai dilakukan maka kolam di isi air sedalam 1 meter. Kedalaman kolam
1 meter bertujuan supaya suhu air dalam kolam tidak fluktuatif sehingga ikan
tidak mudah stress yang mengakibatkan serangan penyakit dan kematian.
3. Pengapuran
Pengapuran merupakan persiapan kolam
yang digunakan untuk mematikan hama dan parasit ikan, stabilisator pH tanah dan
air, menaikkan alkalinitas, kesadahan dan ketersediaan unsur P. kebutuhan kapur
CaCo3 pada kolam budidaya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
pH akhir – pH awal X 0,16 .
0,1
Pengapuran harus dilakukan
pada suatu kolam budidaya yang berjenis tanah gambut. Tanah gambut memiliki
ciri yaitu KTK (kapasitas tukar kation) sangat tinggi, tetapi persentase
kejenuhan basa sangat rendah, sehingga menyulitkan penyerapan hara.
Kondisi tersebut tidak menunjang kemudahan penyediaan hara yang memadai untuk
kebutuhan hara phytoplankton. Ketersediaan beberapa unsur hara dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan proses pelapukan bahan organik tanah
gambut. Oleh karena itu, pengelolaan tanah gambut untuk pertanian dan perikanan
perlu penanganan khusus karena tidak hanya masalah rendahnya ketersediaan hara,
tetapi juga masalah sifat racun dari asam-asam organik.
Pengapuran
dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas kolam Pengaruh pengapuran adalah untuk meningkatkan pH lumpur dasar dan
karenanya menambah tersedianya fosfor yang berasal dari pupuk , meningkatkan
alkalinitas air dan menambah tersedianya CO2 untuk fotosintesis, meningkatkan
alkalinitas air dan karenanya menambah buffer air dalam menetralisir perubahan
pH harian yang umum terjadi di kolam eutrofik dengan air bersifat asam
4. Pemupukan
Pemupukan kolam pada prinsipnya
adalah untuk menyuburkan air, dengan terbentuknya pakan alami dan pupuk dapat
menjaga kesetimbangan air agar fluktuasi komponen perairan tidak besar.
Kesuburan perairan ditandai dengan air yang telah berwarna hijau cerah.
Kegiatan pemupukan bertujuan antara lain :
- Penumbuhan phytoplankton dan zooplankton
- Menciptakan suhu, pH yang konstan dengan indikasi perubahan warna air hijau cerah
- Menciptakan keseimbangan ekosistem bio aquatic yang berfungsi sebagai penyediaan pakan alami untuk starter maupun bakteri decomposer.
Pupuk yang digunakan berasal dari pupuk
kandang atau kotoran hewan. Pupuk kandang digolongkan dalam dua jenis yaitu
pupuk yang bersifat panas dan pupuk bersifat dingin. Pupuk kandang bersifat
panas dinamakan demikian karena jenis pupuk ini lebih cepat terurai oleh jasad
renik dan menimbulkan panas, seringkali penguraian tersebut tidak terjadi
secara sempurna atau tidak terurai dengan baik yang merubah bahan organik sisa
tersebut menjadi gas, dampaknya terhadap kondisi kolam adalah timbulnya panas
berlebih yang dapat membunuh ikan. Pupuk kadang panas sebaiknya harus melalui
dekomposisi secara baik yaitu melalui jalan penjemuran sampai kering. Kotoran
kambing, domba dan kuda termasuk kedalam jenis pupuk panas. Pupuk yang kedua
adalah pupuk dingin seperti kotoran babi, sapi, kotoran ayam dan kerbau. Jenis
pupuk dingin mengalami penguraian secara lambat yang menghindarkannya dari
panas berlebih. Tetapi sebagaimana pupuk panas, pupuk dinginpun harus mengalami
dekomposisi secara baik.
Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum
penebaran benih dengan dosis tiap kolam bervolume 60 m3, maka pupuk
setengah karung ± 25 kg pupuk. Pemupukan tidak harus dilakukan 2 hari sebelum
penebaran jika kondisi mendesak misal karena benih sudah ada dan siap untuk
ditebar maka sebagai starter awal untuk benih maka menggunakan 1/3 dari air
budidaya sebelumnya. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan menebarkan langsung
ke air di dalam kolam atau pupuk ditaruh dalam wadah yang memiliki ventilasi
udara misal karung pakan, plastik yang di bolong kecil-kecil.
Pemupukan dalam satu kali budidaya
dilakukan satu kali pemberian pupuk yaitu pada awal budidaya, jika setelah
pupuk tidak berfungsi lagi di dalam kolam untuk menumbuhkan pakan alami, maka
didalam kolam sudah dapat tergantikan oleh feses ikan lele sendiri. Feses
merupakan limbah organik yang bersifat biodegradable, yaitu senyawa yang mudah
diuraikan oleh mikroorganisme. Pemberian pupuk dapat dilakukan kembali pada
saat musim hujan jika terjadi hujan lebat karena apabila habis hujan lebat,
biasanya air dasar hangat, air permukaan dingin dan pH nya rendah, penebaran
pupuk yang bereaksi asam sangat membantu agar ikan tidak stress.
Pemupukan
tambak berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Dilakukan setelah tambak
dikeringkan dan dikapur. Pupuk organik disarankan karena berfungsi ganda yaitu
dapat merangsang pertumbuhan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah.Pupuk
kandang diberikan dengan dosis 1-3
ton/ha. Pupuk anorganik juga bisa digunakan dalam pemupukan. Biasa digunakan
adalah campuran urea dan TSP dengan
perbandingan dosis 75-150 kg/ha urea dan 75-100 kg/ TSP.Pupuk anorganik lain
adalah NPK untuk menumbuhkan plankton dengan dosis N:P:K = 16:66:0 sebanyak 22kg/ha atau pupuk
(NPK = 16:20:0) sebanyak 50 kg/ha.
Pengendalian Gulma Air
Gulma
air yang tumbuh bisa menjadi pengganggu kegiatan budidaya.
Keberadaan
tumbuhan air bisa berdampak sbb:
· Tidak terdapat makanan di dasar
· Bahan makanan diambil oleh gulma
sehingga tidak tersedia bagi ikan
· Persediaan oksigen menjadi kurang
· Terjadi penurunan produksi
· Kolam menjadi kurang baik untuk
aktivitas pemberian pakan
Langkah
Pengendalian Gulma Air :
Ø Pengeringan dan pengolahan lahan
dasar
Ø Pengendalian secara mekanis dengan memotong dan
menghilangkan gulma air secara langsung
Ø Pengendalian kimiawi dengan
herbisida seperti Natrium Trichloroacetat, 95% sebanyak 100-250 kg/ha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar