Selamat Datang di Sangkuriang Mania

Rabu, 14 Agustus 2013

Khasiat Daun Paci-paci dalam Mengendalikan Penyakit Lele



Ikan lele adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang banyak dikembangkan di Indonesia karena semakin tingginya permintaan ikan lele dipasaran. Teknologi budidaya ikan ini sudah banyak dikuasai, dan memiliki beberapa keunggulan termasuk penggunaan air yang lebih hemat. Hal ini menyebabkan sangat fleksibelnya lokasi yang cocok untuk budidaya lele, terutama lokasi-lokasi yang lebih dekat dengan konsumen akhirnya. Bagaimanapun, permasalahan akan selalu ada. Hama dan penyakit adalah salah satu masalah yang sering muncul. Penyakit yang menjadi salah satu kendala budidaya ikan lele karena dapat menyebabkan kematian serta telah menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit.

Trichodiniasis (infeksi Trichodina spp) adalah salah satu organisme ektoparasit yang menganggu budidaya ikan lele. Organisme ini mudah menyerang ikan yang mempunyai morfologi tubuh lunak, terutama pada ukuran benih dan dengan mudah menyebar di wadah budidaya dengan kepadatan ikan yang tinggi. Trichodinid biasa terbawa bersama benih ikan lele ataupun tersisa di air bekas budidaya. Infestasi yang parah dapat menyebabkan kematian massal.

Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan kimia sintetis anorganik dalam pengendalian penyakit, perlu dicari alternatif pengobatan yang efektif mengendalikan penyakit, murah, aman terhadap manusia dan ramah lingkungan. Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit ikan pada sistem budidaya sedang diarahkan pada penggunaan bahan alami yang terbukti efektif serta aman untuk manusia dan lingkungan. Dinamika obat-obat kimiawi anorganik, baik dari efeknya terhadap budidaya, keamanan pangan maupun terhadap biaya teknis, mendorong berkembangnya fitofarmaka. Paci-paci sebagai salah satu jenis tanaman yang telah cukup luas digunakan di dalam budidaya ikan memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai obat untuk trichodiniasis.



Trichodiniasis

Trichodina (Gambar 1) adalah jenis Protozoa yang termasuk ektoparasit pada ikan. Bentuk trichodina bulat dengan diameter sekitar 15 mikron. Bila dilihat dari samping bentuknya mirip bel sepeda, bila dilihat dari bawah disekeliling mulutnya yang berada persis ditengah akan terlihat denticle (semacam gigi gerigi) dan dikelilingi bulu getar. Denticle ini biasanya berjumlah antara 20- 30 buah dan sering dipakai untuk mengidentifikasi spesies ini. Parasit ini bergerak dan menempel dipermukaan tubuh ikan.

Trichodina merupakan parasit yang kosmopolit karena dapat ditemukan diberbagai tempat, sehingga tidak heran sering ditemukan menyerang ikan. Ikan yang terserang pada badannya berwarna pucat dan kadang diikuti dengan perdarahan ( hemarrhage) bila populasi trichodina sangat tinggi akan dapat menyebabkan kematian (Lingga dan Susanto 2003). Trichodinid dapat menyerang ikan air tawar dan ikan air laut. Ikan air tawar yang sering terserang trichodinid diantaranya adalah ikan koi, lele dan patin. Trichodinid menyerang ikan yang mempunyai morfologi badan yang lunak, biasanya menyerang pada ukuran benih, karena pada ukuran benih morfologi ikan masih lunak dan sistem kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.




Paci-paci (Leucas lavandulaefolia)

Tanaman Leucas lavandulaefolia mempunyai nama lokal yang berbeda di setiap daerah seperti paci-paci di Sunda (Jawa Barat), sarap nornor di Madura, gofu hairan di Ternate, laranga di daerah Tidore sedangkan nama daun setan, lenglengan, lingko-lingkoan, nienglengan atau plengan di Jawa (Anonimous, 2005a).

Klasifikasi tanaman paci-paci menurut Germplasm Resources Information Network Taxonomi (2004) dan Brown (2007) adalah sebagai berikut :
Dunia                        : Plantae
Filum                         : Magnoliophyta
Kelas                         : Magnoliopsida
Ordo                          : Lamiales
Famili                        : Lamiaceae (alt. Labiatae)
Sub famili                  : Lamioideae
Genus                        : Leucas
Species                      : Leucas lavandulaefolia Smith.

Leucas lavandulaefolia Smith tumbuh liar di sawah, kebun, tanah kering sepanjang tepi jalan, tanah terlantar dan kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian kurang dari 1.500 m di atas permukaan laut. Batang berkayu, tinggi 20-60 cm, berbuku-buku, bercabang, berambut halus, berwarna hijau. Daun tunggal, letak berhadapan dan bertangkai. Helaian daun bentuknya lanset, ujung dan pangkalnya runcing, tepi bergerigi, panjang 1,5-10 cm, lebar 2-10 mm, warnanya hijau tua pada bagian atas dan berwarna hijau muda pada bagian bawah.

Komposisi sifat kimiawi dan efek farmakologis daun paci-paci yaitu pahit, pedas, hangat, penenang, antiseptik. Senyawa tanaman ini juga memiliki sifat sebagai antidiabetic activity, antimikroba, antiperadangan (antiinflamasi), sebagai analgesic, antioksidan, sebagai wound healing activity sehingga mampu mempercepat penyembuhan, antirhematic, hepatoprotective activity terhadap racun dalam tubuh. Kandungan kimiawi dalam daun dan akar tanaman Leucas lavandulaefolia yaitu minyak atsiri, flavonoid, tannin, saponin (Anonimous, 2005a), alkaloid dan metanol.

Minyak atsiri memiliki daya antibakteri disebabkan adanya senyawa fenol dan turunannya yang mampu mendenaturasi protein sel bakteri. Senyawa fenolik memiliki daya antiseptik dan sudah dipakai dalam aplikasi kesehatan sejak PD II. Substansi fenolik dari minyak atsiri telah diketahui dapat menstimulasi makrofag yang memiliki efek negatif tidak langsung terhadap infeksi bakteri dan mencegah infeksi virus. Senyawa fenol memiliki efek inhibtori terhadap bakteri gram positif dan ditemukan memiliki aktivitas antifungi. Senyawa fenolik minyak atsiri memiliki efek antiviral, antikoagulan, rodentisida dan secara in vitro menghambat Candida albicans. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisidal lima kali lebih kuat dibandingkan dengan fenol. Selain kavikol terdapat pula fenol sederhana dan asam-asam seperti fenolat, sinnamat dan kaffeat merupakan contoh umum senyawa turunan fenilpropan. Asam kaffeat bersifat toksik terhadap virus, bakteri dan fungi. Selanjutnya senyawa turunan minyak atsiri lainnya adalah katekol dan pirogalol merupakan fenol terhidroksilasi yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme.

Senyawa saponin yang dihasilkan tanaman paci-paci diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan antivirus, mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan penambah vitalitas karena mampu memperbaiki struktur maupun fungsi sel­sel tubuh. Saponin sering dimanfaatkan untuk desinfeksi media budidaya sehingga peranannya sebagai antimikroba sudah teruji.

Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba sehingga efektif membunuh bakteri dan virus, sebagai antiprotozoa dan antidiare, bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir racun. Alkaloid diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Zat ini akan dibawa aliran darah menuju sel-sel tubuh. Hasilnya, sel-sel itu menjadi lebih aktif, sehat dan terjadi perbaikan-perbaikan struktur maupun fungsi.

Kandungan metanol tanaman paci-paci diketahui bersifat sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik dan insektisida. Metanol adalah salah satu senyawa umum terpenoid yang diketahui bersifat aktif membunuh bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Mekanisme antimikroba metanol diduga terlibat dalam merusak membran sel mikroba oleh senyawa lipofilik.

Paci-paci merupakan tanaman yang menggandung anti protozoa. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian kurang dari 1.500 m di atas permukaan laut . Bila dilihat dari syarat tumbuhnya, tanaman paci-paci dapat di kembangkan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Kurangnya informasi kepada petani ikan mengenai manfaat paci paci mengakibatkan tanaman ini dianggap hanya sebagai tanaman liar yang tidak mempunyai manfaat. Tetapi apabila informasi mengenai manfaat paci-paci dapat dipahami oleh petani ikan maka diharapkan paci paci menjadi alternatif pengobatan ikan yang aman, murah dan mudah di dapat. Paci-paci juga telah terbukti dapat digunakan untuk mengatasi penyakit penyakit MAS (Motile Aeromonad Septicaemia) pada ikan lele (Abdulah, 2008), penyakit mikotik pada ikan gurame (Suparman, 2005).


Ekstraksi Paci-paci
Daun paci-paci segar dicuci dengan air bersih kemudian dikeringkan dalam udara terbuka tanpa terkena sinar matahari langsung. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan sehingga lebih tahan terhadap aktivitas mikroba, mempermudah penentuan dosis dan meningkatkan konsentrasi zat aktif pada bahan obat. Proses pengeringan dilakukan dalam udara terbuka (kering udara) diluar pengaruh cahaya matahari langsung untuk menghindari kerusakan bahan aktif yang terdapat dalam daun paci-paci. Kemudian dioven selama 15 menit pada suhu 45 oC sampai kering dan daun mudah dipatahkan. Setelah daun kering, selanjutnya dihaluskan dengan blender dan kemudian diayak dengan saringan sampai didapatkan bubuk yang halus. Bubuk daun paci-paci halus disimpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.

Proses ekstraksi dilakukan dengan melarutkan 20 gram bubuk daun paci­paci dengan akuades steril sampai 200 ml. Campuran antara bubuk daun paci-paci dengan akuades steril dipanaskan pada suhu 90 °C selama 30 menit. Kemudian hasil seduhan disaring dengan kertas Whatman No.42 untuk mendapatkan larutan stok ekstrak paci-paci berupa cairan dengan dosis 100 g/l.

Metode Perendaman
Metode perendaman dilakukan dengan melakukan pengenceran ekstrak paci-paci untuk berbagai dosis sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan, yaitu Dosis target 2 g/l didapatkan dengan mencampurkan 20 ml larutan stok dengan 980 ml air.

Setelah didapat larutan dosis yang sesuai dengan perlakuan maka benih ikan direndam pada larutan ekstraksi dengan kepadatan 10 ekor per liter selama 24 jam. Dosis perlakuan adalah 0 ; 0,5 ; 1 ; 1,5 : 2 g/l . Dosis ini mengikuti pendekatan pada penelitian Suparman 2005 untuk mengendalikan penyakit mikotik pada ikan gurame.


Sumber: Riki Setiadi, Efektifitas Perendaman 24 Jam Benih Lele Dumbo Clarias sp dalam Larutan Paci-paci Leucas lavandulaefolia terhadap Perkembangan Populasi Trichodina spp. 2008.




3 komentar: