Selamat Datang di Sangkuriang Mania

Senin, 12 Agustus 2013

Gambaran Umum Budidaya Pembenihan Lele



Selama kurun waktu 2007-2011, pembangunan perikanan budidaya telah menunjukkan hasil yang siginifikan, dengan meningkatnya volume dan nilai produksi perikanan budidaya. Dalam kurun tersebut, volume produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 19,56 % dengan nilainya meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,85 %, yaitu dari 2,16 juta ton senilai Rp 21,45 triliun pada tahun 2007 meningkat menjadi 3,09 juta ton, dengan nilai sebesar Rp 26,36 triliun pada tahun 2011 (www.perikanan-budidaya.dkp. go.id).

Meningkatnya permintaan ikan di masa yang akan datang mendorong upaya untuk meningkatkan kualitas mutu sehingga dapat bersaing di pasar global, antara lain melalui (1) efisiensi biaya produksi, (2) peningkatan mutu produk agar diterima pasar, dan (3) jaringan pemasaran yang lebih luas.

Dengan meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat maka akan meningkatkan produksi budidaya ikan air laut maupun budidaya ikan air tawar. Semakin meningkatnya permintaan ikan konsumsi tersebut maka terdapat peluang bagi para petani untuk memenuhi permintaan ikan konsumsi tersebut, serta merencanakan jumlah produksi yang akan menghasilkan output lebih besar lagi untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. Salah satu komoditi perikanan yang dapat menjawab tantangan ini adalah budidaya ikan lele sangkuriang. Ikan lele sangkuriang merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat, disamping memiliki prospek pasar, ikan lele sangkuriang juga memiliki kelebihan dapat tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit.

Ikan lele sangkuriang dapat hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian kurang lebih 800 meter di atas permukaan laut. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele sangkuriang semakin cepat karena memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan lele dumbo, dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat mencapai 40.000 – 60.000 telur untuk sekali pemijahan. Namun demikian harus diperhatikan pengelolaan induk yang baik agar lele sangkuriang tidak mengalami penurunan kualitas, seperti adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) hingga seleksi induk yang salah atau penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Ikan lele sangkuriang merupakan perbaikan mutu ikan lele dumbo yang telah dilakukan Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi yang telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru.

Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/ Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran dan pemanenan.

Alasan utama masyarakat melakukan usaha pembenihan ikan lele antara lain adalah siklus usaha yang relatif pendek (1,5 bulan) sehingga perputaran uang untuk kegiatan usaha menjadi lebih cepat dengan rentabilitas relatif tinggi (mortalitas larva 30-40%), risiko budidaya relatif kecil dengan penanganan yang baik, serta kecenderungan pola makan masyarakat yang bergeser pada bahan pangan yang sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap kesehatan menjadi stimulan bagi peningkatan permintaan ikan termasuk ikan lele.

Pola usaha pembenihan ikan lele umumnya masih dilakukan secara tradisional dengan sistem pemijahan alami, dimana sepasang indukan yang telah siap pijah akan ditempatkan pada bak penampungan berupa kolam permanen/tembok, tanpa campur tangan pembenih. Sistem pemberian pakan juga masih mengikuti standar pakan ikan lele, meliputi pakan alami dan pakan buatan, yaitu dengan memberikan cacing sutera (tubifex) untuk larva ikan lele umur 4-5 hari, dilanjutkan dengan tepung pelet (umur 2-3 minggu) dan selanjutnya diberikan pelet hingga dapat dipanen pada minggu ke 6 dengan ukuran benih 5-6 cm.

Dengan obsesi menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015, maka Indonesia memiliki modal besar untuk sumberdaya perikanan yang dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, khususnya perikanan budidaya yang merupakan ujung tombak pencapaian obsesi tersebut.

Upaya pencapaian target produksi dilaksanakan melalui tiga pendekatan, (1) fokus kepada pencapaian produksi dan menumbuhkan wirausaha pemula perikanan budidaya, (2) mendorong dan mengoptimalkan pemanfaatan kredit program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), PKBL dan Badan Layanan Umum (BLU) untuk menggerakan aktivitas usaha kelompok masyarakat pembudidaya ikan (Pokdakan), dan (3) menciptakan iklim usaha yang mampu memacu Pokdakan Maju untuk melakukan ekspansi dan memperbesar skala usahanya dengan menggunakan fasilitas kredit komersial.

Fasilitas Produksi dan Peralatan

Lahan untuk proses produksi benih ikan lele tidak harus memenuhi suatu standar tertentu, yang utama adalah ketersediaan sumber air untuk wahana hidup ikan. Pada kolam untuk pemijahan dan pemeliharaan larva, diperlukan lahan yang relatif terlindung dari cahaya matahari langsung. Peralatan yang digunakan dalam proses pembenihan ikan lele adalah 1) peralatan pengadaan air bersih (seperti pompa air, pompa celup), 2) pemijahan ikan lele (seperti kakaban), 3) pendederan benih ikan lele (seperti blower), dan 4) pemanenan benih ikan lele, (seperti seser).

Fasilitas dan Peralatan Pembenihan Ikan Lele

a. Kolam pemijahan (1X2 m)
b. Kolam Perawatan Larva (1 .5x2 m)
c. Kolam Pendederan I (1 .5x2 m)
d. Kolam Pendederan II (1 .5x2 m)
e. Kolam Pendederan III (2x3 m)
f. Kolam induk lele
Pompa
Seser
Ember
Kakaban
Blower
Pompa Celup


Bahan Baku
Bahan baku utama usaha pembenihan ikan lele adalah telur ikan lele yang diperoleh dari induk ikan lele dumbo. Untuk satu pasang ikan lele dumbo dapat menghasilkan 50.000 sampai dengan 60.000 larva ikan lele. Larva tersebut setelah dibesarkan, akan mengalami penyusutan karena kematian (kisaran 35-45%), dan sampai umur 5-6 minggu dapat menghasilkan benih lele kurang lebih sebanyak 32.500 – 38.000 ekor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar