Pendederan adalah kegiatan
pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran tertentu yang
siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang dilakukan dalam
tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari,
pendederan ke dua (PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama
14-21 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara
bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih yang mempunyai keunggulan dari
segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya
tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini
dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan
yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk
tumbuh dan berkembang.
Pendederan Pertama
(PI)
Pendederan pertama adalah
pemeliharaan larva lepas hapa yaitu larva yang baru berumur 5 hari sejak
menetas. Hal yang harus diperhatikan dalam pendederan pertama ini adalah
penyediaan makanan yang berkualitas, karena larva membutuhkan protein yang
tinggi untuk pertumbuhannya. Pakan yang mengandung protein tinggi adalah pakan
alami seperti daphnia, moina sp, artemia dan tubifek. Dari jenis
pakan alami tersebut, artemia merupakan pakan yang sangat cocok untuk larva
ikan setelah persediaan kuning telur dalam tubuhnya habis. Namun artemia ini
harganya cukup mahal dan sulit diperoleh didaerah-daerah tertentu.
Untuk itu lele sangkuriang dapat
diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena cacing ini sudah dapat
termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek ini selain murah
harganya juga bisa didapat didaerah manapun. Pendederan pertama lele
sangkuriang dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1 x 1m.
1)
Persiapan
bak
Sebelum dipergunakan, bak dicuci
bersih lalu dikeringkan selama satu hari. Pengisian air sebaiknya dilakukan
minimal empat hari sebelum penebaran. Air yang digunakan bisa menggunakan air
sumur, atau air pam yang telah diendapkan minimal 24 jam. Ketinggian air dalam
bak sekitar 30-40 cm. pada hari kedua bak pendederan tersebut ditebari bibit
pakan alami (plankton) yang berasal dari kotoran puyuh dan selanjutnya
dibiarkan beberapa hari untuk memberi kesempatan pakan alami tumbuh dan
berkembang biak.
2)
Penebaran
Benih
Penebaran benih dilakukan setelah
benih dalam bak penetasan 4-5 hari. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah. Padat penebaran benih
sekitar 20-30 ekor/liter air, atau sekitar 16.000-18.000 ekor larva lele
sangkuriang setiap bak ukuran 2 x 1 meter dengan ketinggian air 30 cm.
3)
Pemeliharaan
Agar media pemeliharaan lele tidak
cepat kotor, sebaiknya selama pemeliharaan benih diberikan pakan alami cacing tubifek.
Pakan diberikan secara abliditum, yaitu sekenyang-kenyangnya.
Pemeliharaan lele sangkuriang dalam
PI selama 14-21 hari setelah itu dipanen. Pemanenan sebaiknya dilakukan
pada saat suhu rendah yaitu pagi atau sore hari. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi tingkat stress pada benih yang dipanen dan mengurangi kematiannya
akibat fluktuasi suhu. Teknik pemanenan benih dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
· Air disurutkan sampai ketinggian
10-20 cm. Sambil menunggu surut, penangkapan benih pun telah dapat dilakukan
agar saat kering sisa ikan yang dipanen tinggal sedikit. Bila air kolam telah surut, benih
ditangkap dengan menggunakan sekupnet. Benih ditampung dalam ember, kemudian
sedikit demi sedikit dipindah kedalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat
panen. Sebelum benih dipindahkan, langkah
selanjutnya adalah penanganan benih yang meliputi seleksi benih dan
penghitungan benih.
Seleksi Benih
Seleksi benih dilakukan untuk
memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil.
Masing-masing ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan benih berdasarkan
ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih yang
berukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan. Seleksi benih
lele sangkuriang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi secara manual
dan seleksi dengan menggunakan alat.
a)
Seleksi
secara manual
Seleksi manual artinya menyeleksi
benih tanpa menggunakan alat atau hanya dengan menggunakan tangan saja. Cara
ini efektif digunakan bila jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya banyak, cara
ini kurang praktis karena akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi manual dilakukan dengan
cara, benih ditangkap dengan menggunakan sekupnet halus, kemudian diletakkan di
dalam wadah yang sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekupnet dan
tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukan ke bak
lain.
b) Seleksi dengan
menggunakan alat
Alat yang biasa digunakan adalah
baskom grading yang terbuat dari plastik dengan ukuran lubang tergantung dari
ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva, digunakan mess
berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah banyak
maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak memerlukan
banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi dengan menggunakan alat
yaitu benih ditangkap dengan sekupnet. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu
banyak agar benih tidak rusak. Baskom grading diletakan dalam bak lain yang
telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukan benih kedalam baskom grading
dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan
sendirinya. Sedangkan benih yang berukuran besar akan tertampung dalam baskom
grading, kemudian dimasukan ke dalam bak lain.
Penghitungan benih
Benih dihitung setelah diseleksi.
Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih yang dihasilkan selama pemeliharaan.
Menghitung benih lele hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu penghitungan langsung dan penghitungan volumetric.
a)
Penghitungan
langsung
Penghitungan langsung adalah cara
menghitung benih dengan menggunakan tangan. Caranya, benih ditangkap dengan
sekupnet, kemudian dimasukan pada wadah yang telah diisi air. Benih dihitung
per lima dengan menggunakan centong dan dipindahkan ke dalam wadah lain yang
telah diisi air.
b)
Penghitungan
volumetrik
Penghitungan volumetrik didasarkan
pada volume atau isi benih yang ada. Penghitungan cara ini sangat cocok untuk
benih yang berjumlah banyak karena tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu.
Cara penghitungan volumetrik adalah sebagai berikut. Ambilah beberapa sampel
benih dengan menggunakan alat yang masing-masing volumenya sama, misalnya 1
gelas. Masing-masing sampel dihitung jumlah benihnya, kemudian hasilnya
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah sampel. Setelah itu, akan ditemukan jumlah
rata-rata benih dalam 1 gelas. Bila sudah diketahui jumlahnya, ambilah benih
seluruhnya secara bertahap dengan menggunakan gelas.
Pendederan Kedua (PII)
Pendederan dua merupakan kegiatan
pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan PI yang dipelihara
selama 14-21 hari dan berukuran 2-3 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau
prosedur pengelolaan kolam PI dengan P II adalah sama. Perbedaan kegiatan
pendederan pertama dengan pendederan kedua, hanya terletak pada :
- Padat penebaran di kolam P II sebanyak 100-150 ekor/m2.
- Pemberian pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.
- Lama pemeliharaan selama 21-28 hari
- Benih ukuran panen 5-6 cm.
Pendederan Ketiga (PIII)
Pendederan tiga adalah kegiatan
pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan P II yang dipelihara
selama 21-28 hari, dari ukuran 2-3 cm sampai dengan ukuran 5-6 cm. Pada
dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI , P II dan P III
adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama, pendederan kedua dan
pendederan ketiga hanya berbeda dalam :
- Padat penebaran, padat penebaran di kolam PIII sebanyak 75-100 ekor/m2.
- Pemberian pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian dua kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.
- Lama pemeliharaannya selama 14-21 hari
- Benih ukuran yang dipanen 7-8 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar