Lingkungan dalam hal ini air,
merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam
sistem budidaya ikan meliputi stressor:
1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air)
2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2,
buangan metabolik, logam berat),
3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan
4) prosedural budidaya (penebaran, sampling,
pergantian air, pergantian wadah, pemanenan).
Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan
fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS).
Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat
merupakan salah satu kunci keberhasilan
budidaya ikan. Parameter-parameter air yang biasanya diamati untuk menenetukan kualitas
suatu perairan adalah :
Oksigen
Oksigen adalah salah satu faktor
pembatas penting dalam budidaya ikan. Beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup pada
perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, tetapi konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh
sebagian besar spesies ikan untuk hidup
dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen di bawah 4
ppm, ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya rendah atau tidak ada sama sekali, sehingga
pertumbuhannya menjadi terhambat.
Ikan akan mati atau mengalami stres bila konsentrasi oksigen mencapai nol.
Karbondioksida
Karbondioksida adalah komponen
udara yang umum terdapat baik di air maupun
di udara. Gas ini dapat dihasilkan oleh proses respirasi maupun proses penguraian bahan organik. Meningkatnya konsentrasi
gas ini pada wadah tertutup selama
pengangkutan ikan merupakan masalah utama di daerah tropis. Adanya gas karbondioksida terhadap ikan sangat dipengaruhi
oleh konsentrasi oksigen terlarut di per
iran tersebut. Jika konsentrasi oksigen berada pada tingkat maksimal, pengaruh
gas karbondioksida dapat diabaikan.
Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah besaran
yang menunjukkan sifat asam atau basa di dalam air tempat hidup. Nilai optimal pH tergantung dari
spesies ikan. Sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan yang
mempunyai derajat keasaman
(pH) berkisar antara 5-9. Untuk sebagian besar spesies ikan air tawar, pH yang cocok berkisar antara 6.5 – 7.5, sedangkan untuk
ikan laut adalah 8.3.
Pada Tabel di bawah ini dapat dilihat pengaruh derajat
keasaman (pH) di kolam terhadap ikan yang
dibudidayakan.
Tabel Pengaruh pH terhadap kehidupan ikan di kolam
Kisaran
|
Pengaruh Terhadap Ikan
|
4-5
|
Tingkat keasaman yang mematikan dan tidak ada reproduksi
|
4-6,5
|
Pertumbuhan lambat
|
6,5-9
|
Baik untuk produksi
|
> 11
|
Tingkat alkalinitas mematikan
|
Alkalinitas dan Sistem Buffer
Sering dijumpai pH suatu perairan mengalami fluktuasi
atau perubahan yang cukup drastis. Hal ini
kurang menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan ikan yang
dipelihara. Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis di suatu perairan dapat dicegah apabila perairan tersebut mempunyai
sistem buffer yang memadai. Apabila suatu perairan mengandung mineral
karbohidrat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka
perairan tersebut akan mempunyai pH di atas netral dan dapat mencegah terjadinya
penurunan pH secara drastis.
Ammonia
Pada suatu kolam budidaya, peningkatan konsentrasi
ammonia dapat terjadi karena pengeluaran
hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan jaringan insang. Selain itu, ammonia dalam kolam juga dapat terbentuk
sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan
atau plankton yang mati.
Ammonia dengan konsentrasi yang tinggi atau melewati
batas yang dapat ditolerir ikan dapat
menyebabkan terjadinya new tank syndrome yaitu kondisi tidak stabil
terhadap perubahan lingkungan.
Konsentrasi ammonia di bawah 0.02
ppm cukup aman bagi sebagian besar ikan,
sedangkan di atas angka tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan. Disamping itu, peningkatan konsentrasi
ammonia dalam suatu media budidaya dapt mempengaruhi aktivitas bakteri, khususnya bakteri penyebab penyakit insang. Konsentrasi yang rendah tetapi berlangsung dalam
waktu lama juga dapat menyebabkan
kerusakan jaringan insang, sedangkan konsentrasi ammonia tinggi (di atas
0.3 ppm) akan mempercepat kerusakan insang, sehingga ikan sulit mengambil
oksigen dari lingkungannya. Efek keracunan ammonia sangat bervariasi,
tergantung spesies ikan yang dipelihara, konsentrasi oksigen, pH dan temperatur
air.
Peningkatan konsentrasi ammonia
menjadi lebih berbahaya apabila terjadi pada
pH tinggi atau konsentrasi oksigen rendah. Pada umumnya kematian akan terjadi
dalam waktu 1- 4 hari.
Temperatur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar