Ciri khas ikan lele adalah sirip dadanya yang dilengkapi sirip keras yang disebut patil. Patil berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak. Selain itu juga ada alat yang disebut aboresent yang bentuknya berlipat-lipat penuh dengan pembuluh darah. Dengan alat tersebut ikan lele mampu mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam waktu yang cukup lama pada lumpur lembab, bahkan tanpa air sama sekali.
Ikan
lele mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini berarti bahwa ikan lele akan lebih aktif jika
diberi makan pada malam hari. Pemberian pakan yang tepat, baik frekuensi
ataupun jumlahnya akan lebih mengefisienkan biaya yang diperlukan.
Dengan memahami sifat biologi ikan tersebut,
maka pada akhirnya hanya budidaya yang paling efisien yang akan bertahan
dalam persaingan.
Ikan
lele termasuk dalam golongan ikan karnivora atau pemakan daging. Jenis, ukuran dan jumlah pakan yang
diberikan tergantung ukuran dan lele yang dipelihara. Ada dua jenis pakan ikan
lele, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Disamping itu dapat pula
diberikan pakan alternatif. Pakan alami ikan
lele adalah jasad-jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik serangga
dan sebagainya. Pakan alternatif yang biasa diberikan adalah ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari
laut yang sudah tidak layak dikomsumsi
oleh manusia, limbah peternakan ayam, daging bekicot/keong mas dan
sisa-sisa dapur rumah tangga.
Yang
perlu dicermati dalam pemberian pakan alternatif ini adalah bahwa pakan
tersebut merupakan reservoir parasit/mikro organisme, sehingga pemanfaatan makanan tersebut akan melengkapi siklus hidup beberapa parasit ikan. Oleh karena itu pemberian
pakan alternatif, terutama yang sudah
jelek kualitasnya/busuk sejauh mungkin dihindari. Higienisnya pakan, cara pemberian dan penyimpanannya perlu
diperhatikan benar agar transmisi parasit dan penyakit tidak terjadi
pada hewan budidaya. Dengan melihat
kejelekan yang ada pada pakan alternatif/tambahan, maka seyogyanya ikan lele diberikan pakan buatan yang
memenuhi persyaratan, baik nutrisinya
maupun jumlahnya. Walaupun banyak nilai kebaikan dari pakan buatan, harus diperhatikan pula dari segi finansialnya,
karena sekitar 60–65 persen biaya produksi adalah biaya untuk pembiayaan
pakan.
Kepadatan atau kerapatan ikanyang dibudidayakan
harusdisesuaikan dengan standar atau tingkatan budidaya. Peningkatan
kepadatan akan menyebabkan daya dukung
kehidupan ikan per individu menurun. Kepadatan yang terlalu tinggi (overstocking)
akan meningkatkan kompetisi pakan, ikan
mudah stres dan akhirnya akan menurunkan kecepatan pertumbuhan. Kepadatan ikan yang dibudidayakan secara semi intensif
berkisar 1–5 kg/m2, sedangkan
untuk kegiatan budidaya intensif dapat mencapai 20 kg/m2 atau setara dengan 160–200 ekor/m2 apabila
berat ikan yang dipelihara berkisar 100–125 gram/ekor.
Pemisahan
ukuran (grading) dimaksudkan untuk menghindari perebutan atau wilayah
hidup (menghindari/mengurangi persaingan). Dengan
pemisahan ini, maka ikan yang ukurannya kecil tidak akan kalah bersaing dan dapat melanjutkan
kehidupan/pertumbuhannya secara normal. Lebih-lebih untuk ikan yang
bersifat kanibal, seperti lele, apabila tidak
dilakukan pemisahan maka ikan yang berukuran kecil akan menjadi mangsa dari ikan yang berukuran besar. Besarnya
kematian disini bukan karena penyakit
atau hama, tapi akibat dari aktivitas pemangsaan. Selain itu pemisahan ukuran juga akan menghindari meluasnya
jangkitan penyakit, karena seiring dengan pertumbuhan maka peluang untuk
terinfeksi juga semakin meningkat.
Secara umum usaha budidaya pembesaran ikan lele dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1) usaha pembesaran saja; dan 2) usaha pembenihan dan pembesaran dalam satu unit usaha. Apabila usaha pembenihan dan pembesaran dilakukan dalam satu unit usaha maka proses budidaya dimulai sejak dari proses pembenihan, selanjutnya benih ikan lele yang mereka produksi dimasukkan dalam proses pembesaran. Sedangkan apabila usahanya pembesaran saja maka pembudidaya dapat membeli benih ikan lele dari pembudidaya lain atau pasar benih ikan atau dari Balai Benih Ikan (BBI) dan selanjutnya dilakukan proses pembesaran.
Ada kebaikan atau kelebihan dari usaha pembesaran dan
pembenihan dalam satu unit usaha. Diantara kelebihan tersebut adalah
dapat diketahui benar–benar kualitas benih yang akan dibudidayakan, termasuk
asal usul dari induknya. Selain itu dengan lingkungan yang sama, maka benih
tidak mengalami stres. Benih yang diambil dari tempat lain
yang berbeda, apalagi jauh
jaraknya serta penanganan yang tidak benar akan mempengaruhi kondisi benih.
Pembesaran
merupakan tahap akhir dalam usaha budidaya ikan lele. Benih yang akan dibesarkan dapat berasal dari pendederan I ataupun
pendederan II. Kalau benih yang
berasal dari pendederan II, berarti ukuran benih sudah cukup besar, sehingga waktu yang dibutuhkan sampai panen
tidak terlalu lama. Usaha semacam ini mengandung risiko yang lebih kecil, karena
tingkat mortalitasnya rendah. Hasil panen yang seragam atau serempak pertumbuhannya dengan ukuran super adalah
salah satu target yang harus dicapai.
Ada 3 (tiga) faktor penting yang harus diperhaitkan dalam
usaha pembesaran, yaitu: kualitas benih, kualitas pakan yang
diberikan dan kualitas
airnya itu sendiri.
a) Kualitas benih
Benih yang baik berasal dari induk yang baik pula, karena
itu sebaiknya benih dibeli dari tempat pembenihan yang dapat dipercaya
atau yang telah
mendapat rekomendasi dari pemerintah, seperti BBI. Benih baik bisa berasal dari hasil rekayasa genetika seperti
lele sangkuriang, proses seleksi, proses persilangan dan sebagainya. Ciri-ciri
benih yang berkualitas yaitu tubuhnya tidak cacat/luka, posisinya tidak
menggantung (posisi mulut di atas), aktif
bergerak dan pertumbuhannya seragam.
b) Kualitas pakan
Pakan yang diberikan harus tepat dan dalam jumlah yang
mencukupi. Yang dimaksud tepat dalam hal ini adalah tepat ukuran, nilai
nutrisi, keseragaman
ukuran dan kualitas. Pada umumnya pakan yang digunakan berasal dari produksi
pabrik. Pakan yang diberikan berupa pelet,
dengan dosis 3–5 persen dari bobot tubuhnya perhari. Pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
Pakan diberikan dengan cara ditebarkan secara merata dengan harapan
setiap individu akan mendapatkannya. Selain
pelet, sebagai makanan tambahan diberikan limbah burung puyuh atau ayam
mati yang terlebih dahulu dicabuti bulu-bulunya. Pemberian makanan tambahan ini memang bisa menghemat biaya, tapi sebagai
konsekuensinya adalah dapat membawa bibit penyakit.
c) Kualitas air
Air yang digunakan untuk usaha pembesaran harus memenuhi syarat, dalam arti kandungan kimia dan fi sika harus layak. Bebas dari pencemaran dan tersedia sepanjang waktu. Sumber air yang digunakan oleh pembudidaya setempat berasal dari sungai dan sumur. Sistem pembagian air secara pararel, artinya masing-masing kolam tidak saling
berhubungan. Dengan sistem ini, maka kemungkinan untuk tertulari penyakit antara
satu kolam dengan lainnya dapat terhindari.
Kolam
pembesaran dapat terbuat dari tembok dengan
bentuk persegi panjang (4 x 5 m) atau dengan ukuran yang lebih besar, kolam
tanah, atau kolam terpal. Kolam pembesaran harus disucihamakan dulu. Cara yang paling mudah adalah dengan mengeringkan dan
melakukan pengapuran.
Benih yang ditebar sebaiknya dalam satu ukuran (seragam)
mengingat ikan lele ini mempunyai sifat kanibal. Benih ditebar pagi
atau sore hari saat suhunya masih rendah. Hal ini untuk menghindari stres. Padat penebaran yang digunakan adalah kurang lebih 200 ekor/m3 air. Padat
penebaran sebanyak ini sudah termasuk dalam kategori sistem
budidaya yang intensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar